Tradisi Embed-embedan Setelah Nyepi

Badung Bali, Warta9.com – Warga desa adat Semate, Desa Abianbase, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, miliki tradisi tahunan setiap Ngembak Gni, sehari setelah perayaan Nyepi. Tradisi tersebut mbed-embedan (tarik-tarikan) yang berlangsung di dijaba Pura Puseh dan Pura Desa setempat.

Dari pengamatan, Jumat ( 8/3) terlihat. Ratusan warga mengenakanpakaian adat yang langsung menuju Pura Desa dan Pura Puseh. Sebelum mbed- mbedan berlangsung, warga melaksanakan persembahyangan di pura dengan menghaturkan ketupat dan jajan bantal. Selanjutnya mereka dibagi dalam beberapa kelompok dan siap untuk menggelar mbed-mbedan di depan pura.

Mbed-mbedan tidak ada bedanya degan olahraga tarik tambang, dan ini sudah dilaksanakan dari turun temurun guna menjalin silahturahmi dan rasa persaudaraan antar warga setempat.

Sebagai simbolis, untuk tahap pertama tali yang digunakan sebagai sarana mbed mbedan adalah “bun kalot“, yakni tanaman rambat. Setelah itu, dilanjutkan dengan tali tambang. Yang mana para peserta mbed-mbedan pun digilir, mulai dari bapak-bapak, ibu-ibu, hingga remaja dengan diiringi gambelan baleganjur.

Usai tarik-tambang, warga kembali masuk ke dalam pura. Dilanjutkan dengan makan tipat bantal bersama  yang telah dihaturkan sebelumnya.

Menurut Bendesa Adat Semate, I Gede Suryadi, tradisi ini sudah dimulai sejak Tahun Saka 1396 atau 1474 Masehi. Tradisi ini untuk mengingat kedatangan Rsi Mpu Bantas yang dahulu kala melakukan perjalanan ke kawasan tersebut.

Di ceritakan, di lokasi ini, sang Rsi bertemu dengan keturunan Mpu Gnijaya yang tak sependapat dengan raja yang berkuasa saat itu. Selanjutnya Sang Rsi menyarankan warga membuat tempat pemujaan karena kawasan tersebut angker. Karena ada tarik ulur dalam penentuan nama pura.

Kemudian Rsi Mpu Bantas memberikan kahyangan ini nama Putih Semate. Kata putih diambil berdasarkan tempat ini banyak ditumbuhi kayu putih. Sedangkan Semate, karena krama berkomitmen untuk bersatu sehidup semati.

“Tradisi ini bagi kami sangat penting dan menjadi warisan para pendahulu kami di Desa Semate,” kata Suryadi.

Sementara itu, Bendesa Adat Abianbase, I Made Sunarta yang juga hadir dalam tradisi tersebut menilai tradisi ini penting dilestarikan guna meneladani persatuan para pendahulu.

“Ini peninggalan leluhur. Karena dulu dalam pengambilan keputusan terjadi tarik ulur seperti tarik-menarik dalam Mbed-mbedan ini,” singkatnya. (W9-fendi) 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.