Sejumlah Daerah Belajar Sanitasi di Kabupaten Pringsewu

Pringsewu, Warta9.com – Keberhasilan Kabupaten Pringsewu di bidang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang menjadikan Pringsewu sebagai Kabupaten ODF 100%, telah menarik perhatian sejumlah pihak dari berbagai daerah di Indonesia untuk belajar ke Kabupaten Pringsewu.

Sebanyak 28 orang peserta dari 9 organisasi masyarakat sipil atau Civil Society Organization (CSO) yang tergabung dalam tim Voice for Change Partnership Programme (V4CP), masing-masing berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Barat (Konsepsi dan Transform), Nusa Tenggara Timur (Bengkel Appek, YPPS dan Ayo Indonesia, Sumatera Barat (PKBI dan LP2M), serta dari Lampung (Mitra Bentala dan YKWS), melakukan kunjungan ke Kabupaten Pringsewu, Kamis (28/3/2019).

Kunjungan ini dalam rangka mempelajari Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang merupakan hasil kolaborasi antara SNV Indonesia dengan Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS) melalui Capacity Development Workshop (CDW).

Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setdakab Pringsewu Andi Wijaya, ST., MM, mewakili Bupati Pringsewu H.Sujadi, saat menerima rombongan di ruang rapat Bupati Pringsewu, mengatakan Pringsewu bisa menjadi Kabupaten ODF merupakan hasil kerjasama yang sinergis diantara semua pihak yang ada di Kabupaten Pringsewu, baik DPRD dan muspida, serta instansi lainnya, mengingat masalah sanitasi ini bukan hanya menjadi tugas pemerintah semata, tetapi juga menjadi tanggungjawab bersama semua pihak dari semua elemen masyarakat.

Asisten I didampingi Kadis Kesehatan Pringsewu Purhadi, M.Kes dan Kadis Lingkungan Hidup Emil Riady, S.Sos dan Bambang Pujiatmoko dari SNV, Febri dari YKWS, serta sejumlah pejabat dari OPD terkait, lebih lanjut menjelaskan bahwa untuk mendukung suksesnya program ODF tersebut, Pemkab Pringsewu juga mengeluarkan regulasi tentang percepatan universal access, dengan sebuah strategi diantaranya dengan merubah pola pikir, yaitu dari program menjadi sebuah gerakan, sehingga Pemkab Pringsewu mengeluarkan kebijakan tentang Satuan Tugas Gerakan Bersama Rakyat Kabupaten Pringsewu ODF atau Satgas Gebrak ODF, dengan melibatkan banyak pihak, baik kepolisian, TNI, sejumlah OPD, ulama dan tokoh agama, serta unsur lainnya, dengan ketua Satgas adalah Wakil Bupati Pringsewu.

“Peran ulama, juga memegang peranan penting, terlebih sebagian besar masyarakat Kabupaten Pringsewu merupakan masyarakat yang religius, sehingga muncul istilah Jihad Sanitasi dan Shalawat STBM,” katanya.

Lebih lanjut, Andi Wijaya mengatakan bahwa kunci keberhasilan dari program STBM ini pada dasarnya adalah komitmen dari pimpinan daerah. “Alhamdulillah, Bupati dan Wakil Bupati Pringsewu memiliki komitmen yang luar biasa, sehingga tidak mengherankan jika Kabupaten Pringsewu bisa menjadi ODF 100%, dan bahkan menjadi rujukan daerah lainnya di Indonesia, dan bahkan ada dari beberapa negara di Asia dan Afrika yang pernah studi tentang STBM ke Pringsewu,” kata Andi lagi.

Bambang Pujiatmoko dari SNV mengatakan ODF merupakan langkah awal menuju Kabupaten Sehat dan juga Indonesia Sehat. Menurut Bambang, banyak kabupaten dan kota yang sudah ODF, tetapi pada akhirnya kembali seperti semula. “Pringsewu dipilih sebagai lokasi studi karena dinilai berhasil dan bahkan sebagai kabupaten ODF pertama di Sumatera. Kita ingin mengetahui lebih banyak mengenai langkah Pringsewu dalam mempertahankan STBM berkelanjutan seperti apa,” ujarnya.

Lebih lanjut Bambang mengungkapkan bahwa Kabupaten Pringsewu adalah daerah yang luar biasa, karena satu-satunya daerah yang memiliki Perda tentang STBM berkelanjutan yang merupakan inisiatif DPRD Kabupaten Pringsewu.

Selain itu, Pringsewu adalah daerah yang masalah stunting-nya rendah, yaitu 7%, dan bahkan lebih rendah dari skala nasional sebesar 30,8%. “Ini juga menjadi daya tarik yang luar biasa. Kita berharap dari Pringsewu ini, para peserta kunjungan studi ini akan mendapatkan paket komplit untuk mengatasi masalah stunting,” ungkapnya.

Suyono, peserta studi dari Provinsi NTB memberikan apresiasi kepada Kabupaten Pringsewu yang menurutnya berhasil dalam mengatasi STBM. “Kami pernah menginisiasi di Kabupaten Lombok Barat. Tetapi sangat sulit untuk mempertahankannya. Ternyata cukup sulit untuk merubah mindset di masyarakat,” ujarnya.

Melky dari Pulau Flores, Provinsi NTT mengaku senang bisa datang ke Pringsewu. “Yang menarik dari sini adalah adanya Perda inisiatif dari DPRD tentang STBM. Ada sinergitas antara eksekutif dan legislatif, sehingga masalah anggaran tentu tidak menjadi masalah. Beda dengan daerah kami yang antara pemda dan DPRD sering ribut. Kesuksesan Pringsewu saya nilai karena adanya hubungan yang harmonis antara eksekutif dengan legislatif,” katanya.

Firdaus, dari Provinsi Sumatera Barat juga memberikan apresiasi serta ucapan terimakasih kepada Kabupaten Pringsewu, karena sudah memberikan pembelajaran kepada Kabupaten Sijunjung, dimana di daerah tersebut sekarang sudah 81% nagari yang sudah ODF. “Di Kabupaten Sijunjung juga sudah ada BUMNag (Badan Usaha Milik Nagari, red.) yang sudah memproduksi jamban. Ini adalah hasil dari kami belajar dari Paguyuban Jamban Sewu di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu,” ungkapnya.

Taki, dari Kabupaten Lombok Timur, NTB, mengaku bahwa Pemkab Lombok Timur harus belajar banyak dari Pemkab Pringsewu, terutama terkait masalah stunting yang hanya 7% adalah hal yang sangat luar biasa,” ujarnya.

Selama kunjungan ke Kabupaten Pringsewu, peserta voice for change partnership program ini juga meninjau STBM Centre Kabupaten Pringsewu, Paguyuban Penggiat dan Pengusaha Sanitasi ‘Jamban Sewu’ di Pekon Patoman, Kecamatan Pagelaran, serta Monumen ODF di Pekon Pujiharjo, Kecamatan Pagelaran. Para peserta juga berkesempatan menyaksikan proses pembuatan jamban di kediaman Bapak Sardi, salah satu tokoh STBM di Pekon Pujiharjo. (W9-jam)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.