Safari Jurnalistik PWI, Meniti Sejarah Singkat Monumen Pers Nasional

Gedung Monumen Pers Nasional Jalan Gajah Mada No 59 Surakarta Solo Jawa Tengah. (Poto : Joni/W9)

Solo, Warta9.com – Kepala Monumen Pers Nasional Surakarta Solo Jawa Tengah, Suminto Yuliarso menceritakan jika Monumen Pers Nasional merupakan bangunan bersejarah. Museum ini menyimpan lebih dari satu juta surat kabar dan majalah sejak masa sebelum dan sesudah Revolusi Nasional Indonesia dari berbagai daerah di Nusantara.

Sejarah tersebut diceritakan Suminto kepada rombongan Safari Jurnalistik PWI Kabupaten Tulangbawang Barat, dalam kunjungan PWI di Gedung Monumen Pers Nasional Surakarta Solo Jawa Tengah, Jumat (02/03/2018).

Kunjungan yang diikuti 31 peserta dari media cetak, online dan elektronik ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan PWI Tubaba selain ke Dewan Pers, PWI Pusat dan PWI Bandung.

“Monumen Pers Nasional didirikan untuk memperingati Hari Jadi Pers, yaitu hari pertemuan para wartawan seluruh Indonesia (PWI) pada tanggal 9 Februari 1946,” katanya.

Kunjungan Safari Jurnalistik PWI Tubaba ke Monumen Pers Nasional/PWI Surakarta Solo Jawa Tengah, Jumat 02/03/2018. (Poto : joni/W9).

Terkait kunjungan PWI Tubaba ke Solo dirinya sangat mengapresiasi. Ia berharap seluruh media baik cetak dan online dapat mengirimkan arsip berita ke Monumen Pers untuk dijadikan arsip. “Untuk menjaga kemungkinan buruk seperti terjadi kebakaran,” ujarnya.

Sementara Ketua PWI Surakarta Anas Syahirul yang menerima rombongan menjelaskan tentang sejarah PWI yang berdiri di Kota Surakarta atau Solo. Kota Solo selain menjadi rumah dari Presiden RI, Joko Widodo, juga banyak potensi berita yang berdampak nasional. Sehingga hampir media nasional mempunyai perwakilannya di Kota Solo.

Monumen Pers tersimpan naskah dan dokumen kuno yang merupakan bukti-bukti sejarah perjalanan pers nasional dan perjuangan bangsa Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, Kemerdekaan hingga zaman pemerintahan.

Koleksinya meliputi teknologi komunikasi dan teknologi reportase, seperti penerbangan, mesin ketik, pemancar, telepon, dan kentongan besar. Monumen Pers Nasional memiliki koleksi yang terdiri dari lebih dari satu juta koran dan majalah, serta berbagai benda bersejarah yang terkait dengan pers Indonesia.

“Fasilitas di museum termasuk ruang multimedia, koran yang bisa dibaca secara gratis, dan perpustakaan. Di tempat inilah lahir Persatuan Wartawan Indonesia atau PWI,” ujar Anas.

Sinergi PWI Surakarta dengan pemerintah dan stake holder sudah kerap dilakukan. “Konteks kerja sama yang kami lakukan, untuk peningkatan kualitas wartawan di wilayah Surakarta,” jelasnya.

Anas menyebutkan, jika anggota PWI Surakarta sendiri tersebar di wilayah liputan seperti Solo, Karanganyar, Sragen, Wonogiri, Sukoharjo, Klaten dan Boyolali. Salah satu kegiatan yang juga sering dilakukan adalah Uji Kompetensi Wartawan (UKW). (Joni)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.