Pembangunan di Bali Diminta Melakukan Upacara Ngeruwak Bhuana

Jembrana, Warta9.com – Jro Mangku Suardana, pemangku Pura Tirtha Lan Segara Dangkahyangan Rambutsiwi senantiasa menghimbau kepada segenap pihak yang melakukan aktifitas khususnya di Pulau Dewata agar memperhatikan tatanan yang ada baik dari sisi Sekala maupun Niskala.

Hal ini semata adalah untuk menjaga kelestarian dengan melakukan Ajeg Bali. “Banyak yang bisa dilakukan dalam melaksanakan Ajeg Bali,” tegas Jro Mangku, Kamis (30/05/19).

Di sela-sela kesibukannya ngayah (melayani) umat sebagai pemangku pura dirinya memaparkan tentang pelaksanaan Ajeg Bali. Satu diantaranya yang kerap kali terjadi, setiap proyek yang dilakukan pihak rekanan hampir belum ada yang melakukan Ngeruak dalam setiap pembangunan.

Sebagai satu diantara tokoh umat, dirinya sangat berharap setiap proyek pembangunan yang dilakukan di Bali hendaknya memenuhi sisi Ajeg Bali diantaranya dengan melakukan Ngeruak Bhuana dan diakhiri dengan Melaspas Bagunan ketika penggarapannya telah selesai.

“Upacara Pangeruak atau Ngeruwak Bhuwana adalah upacara yang dilaksanakan sebelum mulai pengerjaan bangunan baru baik rumah ataupun bangunan-bangunan lainnya termasuk diantaranya bangunan fasilitas umum ataupun membuat bangunan suci sebagai permohonan kehadapan para Bhuta Kala agar mereka tidak mengganggu, sehingga Upacara ini juga dimaksudkan sebagai upaya sistem pengamanan dari sisi alam Niskala serta permohonan izin kepada Pertiwi (Bumi),” jelasnya.

Permohonan itu disebutkan dalam sastra Hindu di Bali dapat dipersembahkan berupa Caru Eka Sata, yakni dalam tahapan upacara membuat bangunan disebutkan dilengkapi dengan Caru Ayam Brumbun, dengan segala perlengkapannya.

Setelah itu, baru dilanjutkan dengan mengukur lokasi bangunan dengan ketentuan Asta Kosala, Asta Dewa, Asta Bhumi juga Asta Patali, sesuai dengan kegunaannya kemudian dilanjutkan dengan persembahyangan bersama oleh para penyungsung (pengguna) bahkan diikuti oleh para pekerja bangunan. Seusai persembahyangan kenudian semua bunga maupun kuwangen yang digunakan sarana dalam persembahyangan dikumpulkan, untuk ikut dijadikan dasar.

“Apabila unsur-unsur dimaksud telah harmonis akan dapat menimbulkan kekuatan positif. Inilah satu diantara kegiatan Ajeg Bali yang dipakemkannolrh para Leluhur Bali sehingga kita senantiasa dapat menjaga keharmonisan Bhuta Hita karena itu sangatlah penting dilakukan agar senantiasa dapat menjaga kelestarian alam supaya tetap sejahtera. Setelah rampung seluruh bangunan, barulah diakhiri dengan upacara melaspas yang merupakan upacara pembersihan dan penyucian bangunan yang baru selesai dibangun atau baru dioperasionalkan,” tutup Jro Mangku. (W9-agus)

banner 300250

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.