Kepala Bapeten Dukung Universitas Teknokrat Bekali Mahasiswa dengan Teknologi Nuklir

Bandarlampung, Warta9.com – Rektor Universitas Teknokrat Indonesia Dr. H. Nasrullah Yusuf, SE, MBA, mengatakan, mahasiswa Teknokrat perlu tahu soal perkembangan teknologi nuklir. Karena ini bisa menjadi bekal bagi mahasiswa Teknokrat.

Dengan adanya pengetahuan tentang indutri nuklir, kata Nasrullah Yusuf, maka Universitas Teknokrat melakukan deteksi dini dan merupakan bekal bagi mereka secara berkesinambungan. Dengan demikian Teknokrat sudah lompat ke Teknologi Nuklir.

“Selama ini Universitas Teknokrat juga telah membekali mahasiswa dengan beberapa disiplin ilmu seperti ilmu politik dan kepemimpinan. Maka sekarang Teknokrat sudah lompat ke teknologi nuklir. Ini untuk deteksi dini dan disiapkan untuk membantu mereka. Kalau sekarang kita masih membahas teknologi nuklir. Maka dimasa yang akan datang kita dihadapkan dengan teknologi netron dan lain-lain,” kata Nasrullah Yusuf, usai acara kuliah umum oleh Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Prof. Dr. Jazi Eko Istiyanto, M.Sc, IPU, di Universitas Teknokrat Indonesia, Sabtu (25/8/2018).

Indonesia lanjut Nasrullah Yusuf harus bisa memanfaatkan Teknologi Nuklir sehingga bisa bersaing dengan negara lain dalam pemanfaatan teknologi nuklir. Sebab saat ini, lanjut Nasrullah listrik di Indonesia lebih mahal dari negara lain. Ini terjadi karena kurang bisa memanfaatkan teknologi nuklir.

“Kalau sekarang kita masih pada industri 4.0, maka dimasa mendatang kita akan dihadapkan tantangan industri yang lebih besar lagi. Karena itu, Indonesia harus siap dari sekarang,” ujar Nasrullah.

Sementara itu, Kepala Bapeten Prof. Dr. Jazi Eko Istiyanto menambahkan, dalam pengawasan Teknologi Nuklir, Bapeten melibatkan berbagai pihak, seperti tokoh NU dan Muhammadiyah. Karena Bapeten lebih fokus kepada pengawasan.

Karena itu, Prof Jazi mendukung penuh langkah Rektor Universitas Teknokrat Nasrullah Yusuf yang memberi bekal pengetahuan kepada mahasiswanya tentang teknologi nuklir. Karena dalam bidang ini semua disiplin ilmu masih relefan.

Prof Jazi melanjutkan, Bapaten dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) berbeda. Karena Bapeten lebih fokus pada pengawasan, sehingga perlu disiplin berbagai ilmu pengetahuan seperti hukum, sosial agama dan lain-lain. Dan tidak hanya disiplin ilmu MIPA. Ia mencontohkan untuk melacak sejarah Indonesia mungkin sekarang masih menggunakan leteratur yang ada. Tapi siapa tahu sudah ada yang melacak sejarah Indonesia dengan teknologi nuklir. (W9-jam)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.