Apresiasi Ruang Publik Banyuwangi, Imelda Terbitkan Buku “Banyuwangi Now”

Banyuwangi, warta9.com – Pengembangan sejumlah ruang publik dan bangunan di Banyuwangi yang mengedepankan visi arsitektural, rupanya menarik perhatian penulis spesialis arsitektur, Imelda Akmal yang dituangkan dalam buku berjudul “Banyuwangi Now”.

Imelda mengaku, langkah Banyuwangi mengembangkan daerah dengan melibatkan para arsitek merupakan dobrakan yang tidak banyak dilakukan oleh daerah lain.

“Itulah yang buat saya tertarik untuk melihat langsung dan menuliskannya,” ungkap Imelda.

Buku setebal 160 halaman yang diterbitkan Penerbit IMAJI Jakarta tersebut telah diperkenalkan saat Festival Arsitektur Nusantara di Banyuwangi yang dihadiri 380 arsitek dan peminat arsitektur dari berbagai daerah, 14 – 15 Maret 2019 lalu.

Imelda Akmal sendiri adalah penulis yang telah 16 tahun bergelut dengan publikasi arsitektur.

Imelda menjelaskan, “Banyuwangi Now” mengupas karya-karya yang melibatkan para arsitek kenamaan Indonesia. Seperti Andra Matin, Adi Purnomo, Budi Pradono, Yori Antar, dan Gregorius Supie Yolodi.

Mereka mendesain mulai terminal Bandara Banyuwangi yang menjadi terminal hijau pertama di Indonesia, terminal pariwisata terpadu, fasilitas olahraga, pendopo, tempat ibadah, ruang terbuka hijau, lembaga pendidikan, hingga hotel.

“Banyak hal yang bisa didapat dari buku itu tentang ide ruang publik. Misalnya, terminal bandara tidak harus ber-AC,” kata Imelda.

Hal itu dibuktikan dengan Bandara Banyuwangi yang hemat energi tetap sejuk dengan memanfaatkan kolam dan angin yang ada di sekitarnya.

Sonny Sandjaya, salah seorang tim penyusun buku, menambahkan, buku ini dianggap penting dibaca oleh para pemangku kebijakan lainnya, termasuk kepala daerah.

“Cara Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas me-rebranding daerahnya dengan melibatkan arsitek patut diketahui kepala daerah lain,” papar Sonny.(jumat 22/03/19)

Ini terbukti, begitu arsitek Andra Matin mendesain bandara di Banyuwangi, dinilai banyak kepala daerah yang terinspirasi.

“Kamiingin inspirasi itu terus meluas, antara lain lewat buku ini,” ungkapnya.

Sonny menambahkan, tidak seperti kota besar lain, salah satunya Bandung yang telah sejak lama dikenal dengan arsitekturalnya. Sedangkan Banyuwangi benar-benar memulainya dari nol dan itu berhasil.

“Succes story inilah yang patut disebarluaskan,” tutur Sonny.

Bupati Abdullah Azwar Anas mengaku berterima kasih ada penulis yang membukukan pengembangan Banyuwangi dalam beberapa tahun terakhir.

“Banyuwangi menjadikan arsitek dan arsitektur sebagai bagian integral pembangunan daerah karena ingin bangunan publik tidak hanya fungsional, namun juga estetis dan berkelanjutan,” papar Bupati Anas.

“Sekaligus menjadi destinasi wisata yang memberi manfaat sosial-ekonomi ke warga,” imbuhnya.

Bupati Anas juga mengaku tidak menyangka Banyuwangi bisa dibantu arsitek top. Seperti Andra Matin, Yori Antar, Adi Purnomo, Budi Pradono, Denny Gondo dan Gregorius Supie.

“Jika dibayar secara profesional, tentu kami tidak kuat. Tapi karena persahabatan, mereka senang ada pemerintah daerah yang concern melibatkan arsitek, sehingga mau membantu,” ujar Bupati Anas.

Dia berharap, buku ini semakin mendorong pengembangan daerah ke depan.

“Tentu tidak berhenti di sini saja, masih ada rencana pengembangan lain yang diharapkan semakin memajukan daerah,” pungkas Bupati Anas. (W9-denny)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.