Antisipasi Bencana, BPBD Kota Batu Gelar Rakor Gabungan

Batu, Warta9.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu menggelar Rapat Koordinasi untuk mengantisipasi bencana memasuki musim kemarau. Rapat gabungan bersama Perhutani, BMKG, Dinkes, Damkar, TNI-Polri, Media Massa dan masyarakat itu merupakan kaji penetapan status siaga darurat bencana seperti kekeringan, kebakaran hutan dan lahan hingga konflik sosial.

Dalam rakor yang berlangsung di posko BPBD Kota Batu, Kamis (18/07), juga dilakukan pemetaan wilayah berpontensi dampak buruk. Selain itu penanganan kemungkinan terjadinya bencana juga menjadi bahasan.

“Ada tiga acaman bencana yang akan timbul di kota Batu antara lain, kekeringan lahan pertanian, kebakaran lahan dan hutan, serta kekeringan air bersih yang berdampak pada konflik sosial di masyarakat,” kata Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD wilayah Batu dan Malang Ahmad Khoirur Rochim .

Ahmad Khoirur Rochim menjelaskan, untuk kekeringan lahan pertanian wilayah yang berpotensi adalah Pendem, Gunungsari, dan Bulukerto. Untuk Koltikultura wilayah yang berpotensi adalah Taman Hutan Rakyat Raden Soeryo yang berada di Lereng Gunung Arjuno, Gunung Panderman, Gunung Butak, lahan warga dan hutam yang ada di wilayah KPH Pujon.

“Koltikultura ada tiga penyebab yaitu aktifitas pendakian, masyarakat yang mencari penghidupan di hutan, faktor alam,” urainya.

Khusus untuk konflik sosial tersebut mengacu dari data BPBD Kota Batu beberapa tahun terakhir ada empat konflik sosial yang terjadi. Mengingat setiap musim kemarau ketersediaan debit air selalu menurun. Untuk mewaspadai musim kemarau yang di perkirakan bulan November pihaknya akan mendirikan posko kesiap siagaan bencana di tiga titik yaitu, Punten sebagai pusat, Gununh Banyak, Gunung Panderman, dan Sumber Brantas.

“Persiapan tersebut penting di lakukan mengingat pada tahun 2015 terjadi el nino yang mengakibatkan membakar lahan seluas hingga 30 hektar karena luas hutan di kota Batu 11000 hektar dengan pengawas 12 personil untuk KPH pujon dan 6 petugas dari Tahura Raden Soeryo,” ujarnya.

Sementara itu, Staff Analisa dan Informasi, Stasiun Klimatologi Malang, Selina Ayuningtyas menambahkan, kerawanan bencana musim kemarau sudah terlihat sejak bulan Mei. Menurut prakiraan BMKG puncak musim kemarau pada bulan Agustus dan Oktober. Kekeringan sudah terlihat di awal Mei kemungkinan bisa sampai November ini di indikasikan dengan turunya curah hujan secara signifikan.

Sedangkan untuk prakiraan curah hujan tiga bulan hingga Oktober kedepan di Kota Batu dan Malang Raya tidak ada hujan. Lebih parahnya lagi, jika terjadi el nino seperti tahun 2015, musim kemarau bisa mencapai bulan November. “Jika ada indikasi el nino akan kami sampaikan nantinya. Sedangkan untuk prakiraan musim hujan tahun 2019 ini masih kita godog di BMKG pusat,” tandasnya. (W9-SP)

banner 300250

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.