Akhirnya Pemborong Wantilan Nusamara Teken Surat Pernyataan

Jembrana Bali, Warta9.com – Pasca mencuatnya permasalahan pembangunan Wantilan Desa Pakraman Nusamara, Yehembang Kangin, Mendoyo yang tak kunjung selesai hingga tujuh bulan lantaran pemborongnya ‘balelo’ Perbekel Yehembang Kangin langsung bereaksi turun tangan.

Setelah memanggil Bendesa Pakraman Nusamara dan Ketua Tim Komunitas pembangunan Wantilan, Jumat (11/01/2019) mengambil langkah mediasi dengan menghadirkan pihak pemborong, Bendesa Pakraman Nusamara, Tim Komunitas dan sejumlah tokoh masyarakat setempat.

Perbekel Yehembang Kangin Gede Suardika dikonfirmasi membenarkan telah dilangsungkannya mediasi antara pihak pemborong wantilan dengan bendesa pakraman, tim komunitas dan tokoh masyarakat Desa Yehembang Kangin. Mediasi tersebut berlangsung di Kantor Desa Yehembang Kangin.

“Dalam mediasi tersebut pihak ketiga (pemborong) mengaku terkendala banyak pekerjaan di tempat lain yang juga harus dikerjakan, sehingga dia tidak bisa menyelesaikan pekerjaan di sini,” terangnya, Jumat (11/1/2019).

Pihak ketiga (pemborong) lanjut Suardika juga mengakui telah menerima dana di awal dari tim komunitas sebesar Rp 280 juta dari total biaya yang dianggarkan sebesar Rp 350 juta yang merupakan bantuan dari pemerintah pusat.

“Mediasi tadi siang juga dihadiri oleh tim pendamping pembangunan wantilan dari provinsi,” ujar Suardika.

Lanjut Suardika, dalam mediasi tersebut pihak pemborong sanggup menyelesaikan pekerjaannya paling lambat akhir Januari 2019 ini, sehingga pada saat piodalan di Pura Dalem Nusamara, wantilan tersebut sudah bisa digunakan. Terkait dengan kualitas pekerjaan, pihaknya dan bendesa akan melakukan pengawasan secara ketat, sehingga tidak merugikan pihak desa pakraman.

“Tadi pihak pemborong telah membuat dan menandatangani surat perjanjian sanggup menyelesaikan pekerjaannya paling lambat akhir Januari ini. Surat perjanjian tersebut bermaterai,” tutup Suardika.

Sementara itu sejumlah warga sangat menyayangkan pekerjaan wantilan oleh pemborong asal Denpasar tersebut lantaran kualitasnya sangat buruk. Terutama pada pemasangan tiang-tiang dari baja yang disambung dengan besi beton dari pondasi dengan cara di las.

Pekerjaan seperti itu menurut sejumlah warga diyakini tidak bisa bertahan lama karena beban atap di atasnya berupa genteng sangat berat. Bisa saja dalam waktu dekat las-lasan antara tiang-tiang dengan besi beton yang dari pondasi lepas karena beban berat, sehingga sangat memungkinkan bangunan akan ambruk.

“Jika memang tiang-tiang itu harus disambung dengan besi beton dari pondasi, harusnya jangan dilas tetapi akan lebih kuat juga dipasang mur atau di baut. Ini pastinya akan tahan lama,” ujar warga yang mengaku sedikit mengerti dengan kontruksi bangunan.

Karena itu, warga meminta pihak desa pakraman dan tim komunitas untuk memantau dan mengecek pekerjaan dari pemborong. Jika kontruksi pemasangan tiang-tiang masih dilas dengan beton dari pondasi, hendaknya pihak desa pakraman dan tim komunitas jangan mau menerima penyerahan bangunan tersebut, ketimbang bermasalah di kemudian hari. (W9-randi)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.